Wednesday, July 28, 2010

Menganalisis Situasi Usaha

Menurut data dari BPS pada bulan Februari tahun 2009, jumlah penganggur terbuka tercatat sebanyak sebanyak 9.258.964 orang (8,48%) dari total angkatan kerja sekitar 113.744.408 orang. Besarnya jumlah pengangguran tersebut disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah ketidaksesuaian (mismatch) antara kebutuhan pasar dengan kompetensi yang dimiliki oleh pencari kerja. Ketidaksesuaian dengan kebutuhan pasar disini bisa diartikan sebagai ketidaksesuaian kompetensi pencari kerja dengan kompetensi yang diharapkan oleh Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) ataupun ketidaksesuaian kompetensi pencari kerja dengan tuntutan bidang kewirausahaan.

Berbicara mengenai kompetensi, berarti tidak lepas dari proses pembelajaran yang telah dilalui oleh pencari kerja tersebut. Ketidaksesuaian kompetensi pencari kerja bisa diasumsikan salah satu sebabnya karena proses pembelajaran yang telah dilaluinya belum merupakan proses pembelajaran untuk menjembatani pemerolehan kompetensi yang sesuai untuk dunia kerja maupun wirausaha.

Kenyataan di lapangan, berdasarkan hasil pemantau pada satuan-satuan program yang menyelenggarakan program pendidikan kecakapan hidup melalui dana bantuan dari pemerintah(blockgrant), penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup lebih menekankan pada vokasional skill dan sangat sedikit yang sudah menyentuh aspek mental berwirausaha. Oleh sebab itu, diperlukan suatu model pembelajaran yang mengedepankan proses pembelajaran dan internalisasi sikap dan mental wirausaha.

Saya jadi teringat dengan status facebook seorang kawan pagi ini yang berbunyi begini: “Kebanyakan orang mengidap "KEBELET WIRAUSAHA" dengan terburu-buru menceburkan diri dalam bisnis, namun sering mereka melupakan satu hal penting : PELANGGAN, . . . . . . The E Myth by Michael Barber”. Saya pun ikut mengomentari status kawan saya tersebut dengan mengatakan “makanya kalau mau berwirausaha, mestinya ada analisis kebutuhan dulu”

Yang saya maksudkan dengan analisi kebutuhan pada komentar di tersebut adalah bahwa sebelum kita menceburkan diri dalam membuka suatu usaha kita harus menganalisis situasi terlebih dahulu, diantaranya menganalisis kebutuhan terhadap produk/jasa yang akan kita hasilkan. Karena dalam merintis usaha banyak hal yang perlu dianalisis mulai dari modal yang dimiliki (dalam hal ini dalam bentuk keahlian, uang, peralatan dan sebagainya), peluang pasar, produk yang mungkin untuk dikembangkan, kemitraan, jalur pemasaran yang potensial, dan lain-lain.

Yang terjadi selama ini umumnya suatu usaha dirintis berdasarkan kemampuan yang dimiliki saja. Contoh kasus, si A yang memiliki kemampuan menjahit kemudian membuka usaha jasa menjahit. Padahal berada di sekitar pasar besar yang menyediakan berbagai macam busana dengan beragam harga mulai murah sampai harga sekelas butik ternama. Dalam kondisi seperti itu, tentu saja masyarakat sekitar lebih banyak yang memilih untuk pergi ke pasar yang menyediakan pakaian jadi dengan pilihan yang beragam. Pada kasus tersebut, si A sudah memanfaatkan keahlian yang dimilikinya untuk membuka usaha, hanya sayangnya dia tidak menganalisi pangsa pasar dari usaha jasa yang dimilikinya. Mungkin dalam kasus tersebut, akan lebih efektif jika dia membuka usaha konveksi skala kecil, membuat berbagai busana dan untuk penjualannya bekerja sama dengan pedagang busana dipasar tersebut.

Masih banyak contoh di lapangan gagalnya rintisan usaha karena tidak diawali dengan analisi situasi yang baik. Berdasarkan hal tersebut, saya berasumsi bahwa kemampuan mengenal situasi mutlak harus dimiliki oleh seorang calon wirausahawan.
Materi semacam ini perlu diajarkan pada program-program kursus kewirausahaankarena dengan menilai situasi yang ada peserta didik akan mengetahui sumber daya pendukung usaha, modal yang dibutuhkan untuk usaha, peluang pasar, daftar akhir kisaran produk yang dibutuhkan, dan menentukan kemungkinan peluang kerjasama.

Strategi pembelajaran yang akan cocok diterapkan adalah penugasan-penugasan untuk melakukan beberapa langkah dalam melakukan proses mengenal situasi berdasarkan kondisi yang sesungguhnya dihadapi oleh peserta didik. Dengan demikian, selama proses pembelajaran secara pararel peserta didik juga langsung melakukan langkah-langgkah mengidentifikasi dan menganalisi.

Ide di atas masih “up in the air” ya kalau tidak diimplementasikan secara nyata dalam sebuah perangklat pembelajaran yang kompehensif. Ada yang bisa membantu?

Wassalam

2 comments:

neng rara said...

assalamualaikum..
met pagi bunda. Aiih makin mantap saja nih, tulisannya. Setuju bun, kadang orang terlalu cepat terjun ke dunia wirausaha, padahal analisis usahanya masih blm dilakukan dengan maksimal. Btw, bisnis apa sekarang yang sedang menjanjikan bun ? apalagi menjelang lebaran nih..
jika ada waktu, kunjung balik ya bun..
salam

Bunda Nadya said...

waalaikumsalam warohmatulloh wabarokatuh...

Pagi juga neng, iya yah bentar lagi bulan Ramadhan...Peluang usaha yang paling menjanjikan menjelang lebaran sih kayaknya jualan busana sama sembako. Soalnya di bulan ini kan konsumsi masyarakat dari sisi kualitas biasanya meningkat. Biasanya ada kecenderungan "perbaikan gizi" untuk mengimbangi energi yang dikeluarkan untuk aktifitas pada saat berpuasa.
Busana buat lebaran juga lagi banyak diburu.
Berminatkah?

Salam