Tuesday, September 21, 2010

Hari ini
ingatan kembali ke masa lalu
ketika aku merasa tercerabut
ketika aku merasa terbuang

ku langkahkan kaki
terseok seok
dengan kengganan untuk melangkah
ku butakan mata
ku tulikan telinga
ku matikan rasa
dan tenggelam dalam ketidakpedulian

hari ini
kusadari
ada yang juga terluka
ada yang juga kecewa

Thursday, August 5, 2010

Cooking Day

Kami sekeluarga memiliki hari spesial untuk memasak bersama. Hari Sabtu dan Minggu adalah hari "wajib" kami di dapur. Karena hari Sabtu dan Minggu adalah hari dimana kami bertiga, (Saya, Suami, dan Nadya) ada di rumah. Suami memang berada di luar kota setiap hari Selasa sampai Kamis karena jadwal mengajarnya memang hari itu. Saya sendiri bekerja dari hari Senin sampai dengan Jumat.

Suami saya memang senang sekali memasak. Bahkan, dulu di awal pernikahan kami, saya sering diusirnya dari dapur. Sejak remaja memang suami saya sudah tinggal di asrama sehingga sudah terbiasa untuk menyediakan segala sesuatunya sendiri, termasuk menyiapkan makanan. Walaupun waktu kuliah, suami kembali tinggal dengan orang tuanya tetapi kebiasaan mengurus diri sendiri masih tetap dilakukan. Bahkan, setelah kami menikahpun hampir tidak ada perubahan. Apalagi memang, saat ini ketika ada jadwal mengajar, suami tinggal di rumah kami yang di kampung halaman sana. Dengan demikian. lagi-lagi suami saya harus menyiapkan kebutuhannya sendiri.

Tetepi, terlepas dari kebiasaan tersebut, pada dasarnya suami saya memang menyukai kegiatan memasak. Selain itu, sejauh yang saya perhatikan dan juga berdasarkan diskusi-diskusi kami, saya "menilai" suami saya cukup moderat dan tidak beranggapan bahwa urusan domestik adalah mutlak urusan istri. Kalau ada yang bilang dapur adalah wilayah kekuasaan istri, itu tidak berlaku di keluarga kami.

Kalau sudah memiliki ide memasak, suami saya tidak segan-segan pergi ke warung dan membeli bahan-bahan untuk memasak. Karena ketika punya ide seperti itu, bahan-bahan yang harus disiapkan harus persis sesuai dengan yang dibayangkan. Kadang-kadang, sumi "tidak percaya" kalau saya yang membeli bahannya (hehehheh). Karena kebiasaannya tersebut, warung langganan kami seringkali bertanya "Ayah Nad kemana?Kok dah lama ga belanja?" kalau suami kebetulan lama tidak berbelanja.

Biasanya, pada hari memasak, kami memilih menu yang akan dibuat. Tak jarang Nadya yang menentukan. Pagi-pagi kami mulai membuat menu dan kemudian sama-sama pergi belanja dan mulai memasak. Kalau yang punya ide menu suami, maka suami yang menjadi koki, saya dan Nadya akan menjadi asisten. Sebaliknya jika saya yang punya ide menu, saya yang menjadi koki, ayah dan Nadya yang menjadi asistennya.

Sayang, mulai semester ini, suami mengajar samapai hari Sabtu. Jadilah hari memasak kami berkurang, hanya hari Minggu saja.
Tapi tidak apa-apa, minimal kami masih diberikan kesempatan untuk bersama-sama menikmati kebersamaan seperti ini. Alhamdulillah

Wednesday, July 28, 2010

Menganalisis Situasi Usaha

Menurut data dari BPS pada bulan Februari tahun 2009, jumlah penganggur terbuka tercatat sebanyak sebanyak 9.258.964 orang (8,48%) dari total angkatan kerja sekitar 113.744.408 orang. Besarnya jumlah pengangguran tersebut disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah ketidaksesuaian (mismatch) antara kebutuhan pasar dengan kompetensi yang dimiliki oleh pencari kerja. Ketidaksesuaian dengan kebutuhan pasar disini bisa diartikan sebagai ketidaksesuaian kompetensi pencari kerja dengan kompetensi yang diharapkan oleh Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) ataupun ketidaksesuaian kompetensi pencari kerja dengan tuntutan bidang kewirausahaan.

Berbicara mengenai kompetensi, berarti tidak lepas dari proses pembelajaran yang telah dilalui oleh pencari kerja tersebut. Ketidaksesuaian kompetensi pencari kerja bisa diasumsikan salah satu sebabnya karena proses pembelajaran yang telah dilaluinya belum merupakan proses pembelajaran untuk menjembatani pemerolehan kompetensi yang sesuai untuk dunia kerja maupun wirausaha.

Kenyataan di lapangan, berdasarkan hasil pemantau pada satuan-satuan program yang menyelenggarakan program pendidikan kecakapan hidup melalui dana bantuan dari pemerintah(blockgrant), penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup lebih menekankan pada vokasional skill dan sangat sedikit yang sudah menyentuh aspek mental berwirausaha. Oleh sebab itu, diperlukan suatu model pembelajaran yang mengedepankan proses pembelajaran dan internalisasi sikap dan mental wirausaha.

Saya jadi teringat dengan status facebook seorang kawan pagi ini yang berbunyi begini: “Kebanyakan orang mengidap "KEBELET WIRAUSAHA" dengan terburu-buru menceburkan diri dalam bisnis, namun sering mereka melupakan satu hal penting : PELANGGAN, . . . . . . The E Myth by Michael Barber”. Saya pun ikut mengomentari status kawan saya tersebut dengan mengatakan “makanya kalau mau berwirausaha, mestinya ada analisis kebutuhan dulu”

Yang saya maksudkan dengan analisi kebutuhan pada komentar di tersebut adalah bahwa sebelum kita menceburkan diri dalam membuka suatu usaha kita harus menganalisis situasi terlebih dahulu, diantaranya menganalisis kebutuhan terhadap produk/jasa yang akan kita hasilkan. Karena dalam merintis usaha banyak hal yang perlu dianalisis mulai dari modal yang dimiliki (dalam hal ini dalam bentuk keahlian, uang, peralatan dan sebagainya), peluang pasar, produk yang mungkin untuk dikembangkan, kemitraan, jalur pemasaran yang potensial, dan lain-lain.

Yang terjadi selama ini umumnya suatu usaha dirintis berdasarkan kemampuan yang dimiliki saja. Contoh kasus, si A yang memiliki kemampuan menjahit kemudian membuka usaha jasa menjahit. Padahal berada di sekitar pasar besar yang menyediakan berbagai macam busana dengan beragam harga mulai murah sampai harga sekelas butik ternama. Dalam kondisi seperti itu, tentu saja masyarakat sekitar lebih banyak yang memilih untuk pergi ke pasar yang menyediakan pakaian jadi dengan pilihan yang beragam. Pada kasus tersebut, si A sudah memanfaatkan keahlian yang dimilikinya untuk membuka usaha, hanya sayangnya dia tidak menganalisi pangsa pasar dari usaha jasa yang dimilikinya. Mungkin dalam kasus tersebut, akan lebih efektif jika dia membuka usaha konveksi skala kecil, membuat berbagai busana dan untuk penjualannya bekerja sama dengan pedagang busana dipasar tersebut.

Masih banyak contoh di lapangan gagalnya rintisan usaha karena tidak diawali dengan analisi situasi yang baik. Berdasarkan hal tersebut, saya berasumsi bahwa kemampuan mengenal situasi mutlak harus dimiliki oleh seorang calon wirausahawan.
Materi semacam ini perlu diajarkan pada program-program kursus kewirausahaankarena dengan menilai situasi yang ada peserta didik akan mengetahui sumber daya pendukung usaha, modal yang dibutuhkan untuk usaha, peluang pasar, daftar akhir kisaran produk yang dibutuhkan, dan menentukan kemungkinan peluang kerjasama.

Strategi pembelajaran yang akan cocok diterapkan adalah penugasan-penugasan untuk melakukan beberapa langkah dalam melakukan proses mengenal situasi berdasarkan kondisi yang sesungguhnya dihadapi oleh peserta didik. Dengan demikian, selama proses pembelajaran secara pararel peserta didik juga langsung melakukan langkah-langgkah mengidentifikasi dan menganalisi.

Ide di atas masih “up in the air” ya kalau tidak diimplementasikan secara nyata dalam sebuah perangklat pembelajaran yang kompehensif. Ada yang bisa membantu?

Wassalam

Tuesday, July 27, 2010

Mind Your Manner

Pagi-pagi tadi Nad sudah minta distelkan kartun. Dia sedang suka dengan kartun "Strawberry Shortcake". Nad pilih episode "Mind Your Manner". Tanpa terasa saya pun dengan seriusnya mengikuti film tersebut.
Dalam episode tersebut, diceritakan Strawberry Shortcake dan teman-temannya akan mengadakan pesta minum teh di rumah Strawberry. Dia meminta teman-temannya datang dengan "pakaian rapi" dan mereka akan mempraktekkan etika dalam acara pesta minum teh. Salah seorang anak yang bernama Rapsberry merasa tidak perlu menggunakan etika (manner) segala macam. Karena baginya, manner buka sesuatu yang penting.
Menyikapi keberatan tersebut, teman-teman Rapsberry mengadakan dua buah pesta minum teh. Acara pertama, Rapsberry tidak diundang, tetapi diarahkan supaya dia datang. Pada acara pertama semua berlaku semaunya tanpa tatakrama. Dan Rapsberry mengeluhkan sikap teman-temannya yang minum dan makan dengan jorok, Rapsberry tidak ditawari tempat duduk, makanan, maupun minuman. Bahkan pada saat pamitan, Strawberry, si tuan rumah pesta, menutup pintu dengan kasar dan tidak menjawab salam perpisahan Rapsberry.
Pulanglah Rapsberry dengan kecewa. Sesampai di rumah, didapatinya sebuah undangan minum teh yang lain. Dia datang dengan riang ke pesta kedua tersebut. Dipesta kedua yang hadir masih teman-teman yang hadir di pesta pertama. Namun bedanya, di pesta kedua semua bersikap ramah; saling menawarkan makanan dan minuman, saling mengucapkan terima kasih, dan berbicara dengan lembut.
Di tengah-tengah pesta, salah satu teman Rapsberry bertanya,"Mana yang paling kau suka Rapsberry, pesta yang tadi atau yang sekarang?"
"Tentu saja pesta yang sekarang?" jawab Rapsberry.
"Kenapa?", tanya seseorang.
"karena aku bisa makan lebih banyak disini. Di pesta yang tadi aku tidak kebagian makanan dan minuman sama sekali."
"Hanya itu?", tanya salah seorang temannya.
"Iya. Hanya itu." jawab Rapsberry.
Salah seoarang temannya menimpali, "Menurutku juga pesta ini yang paling menyenangkan karena kita semua menggunakan etika, jadi semuanya terasa teratur dan nyaman. Kita tidak berebut makanan dan semua saling mengucapkan terima kasih."
Rapsberry berhenti makan, "Oh jadi ini semua tentang etika. Kalou begitu, silahkan lanjutkan pesta ini dan etika kalian yang bodoh ini."
Raspberry pergi meninggalkan teman-temannya dengan marah dan membanting pintu.

***

Cerita kartun di atas mungkin sangat sepele. Tetapi kita bisa memetik pelajaran dari cuplikan kartun tadi. Pertama, secara sederhana dengan sama-sama menerapkan etika yang sesuai dalam situasi yang kita hadapi, bisa membuat komunikasi menjadi nyaman. Kenyamanan dalam berkomunikasi dari kedua belah pihak sangat berpengaruh pada komunikasi selanjutnya. Jika diawal komunikasi salah satu pihak sudah melakukan atau mengatakan sesuatu yang tidak menyenangkan, tidak tertutup kemungkinan pihak lain akan enggan untuk berkomunikasi lebih lanjut.
Kedua, pentingnya menerapkan etika dalam komunikasi dua arah ternyata harus dianggap penting oleh dua belah pihak. Karena walaupun bagi salah satu pihak perlu menerapkan etika dalam berkomunikasi, tetapi bagi pihak lainnya tidak perlu, maka etika dimaksud tidak bisa diterapkan.
Ketiga, harus ada kesamaan persepsi dari dua pihak yang berkomunikasi dalam memandang etika pada konteks yang terjadi. Mungkin saja bagi seseorang menggunakan intonasi yang sesuai adalah suatu etika dalam berbicara, tetapi bagi lawan bicaranya berbicara dengan nada tinggi boleh-boleh saja dan tidak melanggar etika. Tetapi mungkin perlu diingat bahwa etika dalam konteks ketiga ini mestinya mengacu pada etika yang berlaku umum, bukannya hanya pada nilai-nilai yang dianut individu saja pada saat kita terlibat komunikasi dengan pihak lain.

Kadang-kadang berbicara menegani etika, cukup jelimet juga. Karena sangat bergantung pada individu. Hmmmm...

Monday, July 26, 2010

Nadya Terkena Flu Singapur

Sudah hampir sebulan ini Ananda Nadya tidak begitu sehat, kata dokter Nadya terkena flu singapur. Tetapi, alhamdulillah dia tetap beraktifitas dan tidak mengkhawatirkan.

Semua itu berawal di satu siang. Nadya mengeluh tidak nafsu makan dan mau makan disuapin sama ayahnya. Sayangnya, ayah sedang ada di luar kota. Sorenya Nadya masih tidak mau makan, malah ngajak jalan-jalan. Saya ajaklah Nad jalan-jalan, sekalian mengalihkan pikirannya dari ayah.

Pulang dari jalan-jalan, Nadya mengeluh sakit leher. Nadya memang jarang sakit dibandingkan teman-teman mainnya. Sakitnya Nadya biasanya panas dalam, dan biasanya sembuh dengan minum larutan penyegar. Karenanya, saya selalu menyimpan cadangan di lemari es. Sore itu pun, Nadya menenggak setengah kaleng larutan dan tertidur. Namun beberapa jam kemudian, Nad terbangun dan menangis sambil memegang-megang lehernya. Semalaman harus tidur dalam gendongan.

Keesokan harinya, Nad tambah ga mau makan bahkan minum susupun ga mau. Air yang masuk hanya melalui sendok. Itupun dengan jeritan ketika dia menelan. Malam itupun Nad harus tidur dalam gendongan. Untungnya, ayah dah pulang jadi bisa gantian menggendongnya.

Keesokan harinya aku amati telapak tangan Nad penuh dengan bercak-bercak merah. Mulutnya pun sariawan. Sudah terlintas di pikiran, Nad kena flu singapur. Teman-teman di tempat bermainnya memang sudah beberapa yang kena penyakit tersebut. sore harinya, Kami bawa Nad ke dokter anak. Ya, benar Nad terkena flu singapur. Dokternya bilang harus mau minum vitamin yang diberikan dan mau makan. Kalau tidak, ada kemungkinan harus dirawat inap.

Apa dan bagaimana sebenarnya flu singapur itu?
Berikut ini informasi yang saya peroleh dari berbagai sumber tentang penyakit tersebut.

Dalam bidang kesehatan, "Flu Singapura" termasuk dalam penyakit Kaki, Tangan dan Mulut ( KTM . Penyakit KTM ini adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus RNA yang masuk dalam famili Picornaviridae (saya tidak bisa menjelaskan virus tersebut lebih detail). Menurut dokter Nad penyebab KTM yang paling sering pada pasien rawat jalan adalah Coxsackie A16, sedangkan yang sering memerlukan perawatan karena keadaannya lebih berat atau ada komplikasi sampai meninggal adalah Enterovirus 71. Berbagai enterovirus dapat menyebabkan berbagai penyakit.


Penyakit ini sangat menular dan sering terjadi dalam musim panas. KTM adalah penyakit umum/biasa pada kelompok masyarakat yang crowded (memang rumah kami ada di lingkunga yang cukup padat. Penyakit ini menyerang anak-anak usia 2 minggu sampai 5 tahun ( kadang sampai 10 tahun ).

Penularannya melalui kontak langsung dari orang ke orang yaitu melalui droplet, pilek, air liur (oro-oro), tinja, cairan dari vesikel atau ekskreta. Penularan kontak tidak langsung melalui barang, handuk, baju, peralatan makanan, dan mainan yang terkontaminasi oleh sekresi itu. Penyakit KTM ini mempunyai imunitas spesifik, namun anak dapat terkena KTM lagi oleh virus strain Enterovirus lainnya. Masa Inkubasi 2-5 hari.

Gejalam umum penyakit ini adalah mula-mula demam tidak tinggi 2-3 hari, diikuti sakit leher (pharingitis), tidak ada nafsu makan, pilek, gejala seperti flu pada umumnya yang tak mematikan. Timbul vesikel yang kemudian pecah, ada 3-10 ulcus dumulut seperti sariawan ( lidah, gusi, pipi sebelah dalam ) terasa nyeri sehingga sukar untuk menelan.
Bersamaan dengan itu timbul rash/ruam atau vesikel (lepuh kemerahan/blister yang kecil dan rata), papulovesikel yang tidak gatal ditelapak tangan dan kaki.
Kadang-kadang rash/ruam (makulopapel) ada dibokong. Penyakit ini membaik sendiri dalam 7-10 hari.

Bila ada muntah, diare atau dehidrasi dan lemah atau komplikasi lain maka penderita tersebut harus dirawat. Pada bayi/anak-anak muda yang timbul gejala berat , harus dirujuk kerumah sakit.

Jika anak kita terkena penyakit ini, maka perawatan bunda yang bisa dilakukan antara lain:
1. Usahakan anak mendapat istirahat yang cukup
2. Karena pengobatan spesifik tidak ada, pengobatan yang bisa dilakukan antara lain Pengobatan simptomatik seperti:
a. pemberian antiseptik didaerah mulut
b. Analgesik misal parasetamol
c. Cairan cukup untuk dehidrasi yang disebabkan sulit minum dan karena demam
d. Pengobatan suportif lainnya ( gizi dll )

Penyakit ini sering terjadi pada masyarakat dengan sanitasi yang kurang baik. Pencegahan penyakit adalah dengan menjaga kebersihan lingkungan dan perorangan misal cuci tangan, desinfeksi peralatan makanan, mainan, handuk yang memungkinkan terkontaminasi.
Bila perlu anak tidak bersekolah selama satu minggu setelah timbul rash sampai panas hilang. Pasien sebenarnya tak perlu diasingkan karena ekskresi virus tetap berlangsung beberapa minggu setelah gejala hilang, yang penting menjaga kebersihan perorangan.

Mudah-mudahan pengalaman saya ini bisa bermanfaat bagi bunda-bunda lainnya. Dan mudah-mudahan kita semua selalu mendapatkan lindungan-Nya. Aamiin

Salam

Monday, July 5, 2010

Susahnya memulai...

Hari ini akhirnya keinginan itu terwujud.Walau hanya sebentuk tulisan sederhana. Yess, finally I'm writting (no matter how simple it is)...

Saya membuat blog ini tahun 2008. Ya benar, butuh 3 tahun untuk memulai menulis, yang setelah 3 tahun pun masih saja belum menulis yang sesungguhya. Tidak apalah better late than never....(hahaha pembelaan atas kemalasan saya)...

Menulis adalah mimpi saya yang paling membuat saya bergairah ketika memikirkannya dan juga takut untuk memulainya. Sepanjang saya memiliki impian ini, ketakutan itu pula lah yang selalu menghalangi saya mewujudkannya....

Keinginan kembali menulis begitu menguat lagi setelah, tanpa sengaja membuka sebuah blog dari seorang teman yang dulu sama-sama belajar membuat blog. Ternyata, dia terus memupuk dan mewujudkan mimpinya mengungkapkan semua yang ingin diungkapkannya dalam tuliskan dan mem"posting"nya dalam blog pribadinya. Saya bandingkan apa yang teman saya lakukan dengan apa yang saya lakukan. Dalam beberapa hal kami memiliki kesamaan. Tapi ada perbedaan besar, teman saya telah berhasil mengungkapkan pikiran-pikirannya dalam tulisan dari saat kami memulai membuat blog sampai saat ini, sedangkan saya gagal...

Haruskah saya gagal untuk seterusnya? Pertanyaan itu seakan memborbardir saya setiap hari sampai saya merasa muak dengan kemalasan saya sendiri

Bismillah...mudah-mudahan tulisan sederhana ini menjadi awal yang baik buat saya dan saya bisa terus berusaha belajar untuk menulis....